Monday, March 14, 2005

Bikin frustrasi

Mengapa "surga" di Condet makin mendekati "neraka", meski Pemda DKI sudah menjejalinya dengan beragam peraturan? "Pemda kurang melakukan sosialisasi. Akibatnya, bahasa 'yang di atas' dengan rakyat kebanyakan penghuni Condet tak pernah seragam," tandas Tinia Budiati. "Tambahan, eksekusinya dijalankan oleh orang-orang yang tidak punya sense of belonging terhadap Jakarta. Mereka bukan orang yang secara sadar ingin memelihara tradisi dan budaya kota yang telah memberi mereka nafkah," imbuh Tinia.
Penulis buku Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, Ridwan Saidi juga menganggap aturan Pemda DKI banyak merugikan warga Condet. "Mereka enggak bisa memanfaatkan fungsi komer-sial tanahnya sendiri," bilang Ridwan. Bayangkan, orang Condet harus bercocok tanam untuk mempertahankan populasi duku dan salak, tanpa kompensasi. Namun di sekitar Condet berdiri jaringan supra moderen. Pemda membuat kawasan sekitar Condet bernilai ekonomi tinggi, sehingga mendorong ledakan urbanisasi. Dengan kondisi seperti itu, adilkah memaksa orang Condet bertahan dengan segala tradisinya?
Orang Condet juga melihat, Pemda DKI tidak menjalankan fungsi kontrol dengan konsisten. Makin hari kian banyak berdiri rumah-rumah moderen, termasuk "losmen" para tenaga kerja yang akan diberangkatkan ke luar negeri. Bangunan-bangunan baru yang sebagian besar melanggar aturan KDB 80% itu tak pernah digubris Pemda. "Masak saya harus tutup mata terus melihat yang kayak gitu!" sergah H. Sapri, warga Balekambang.
Condet kini memang telah melenceng jauh dari cita-cita Bang Ali. Fungsi cagar budaya, reservasi buah dan hewan khas Jakarta telah gagal total. Sungguh aneh, jika aturan-aturan itu masih juga dipertahankan hingga detik ini. Jika tak berniat membentuk lembaga kontrol yang lebih bergigi, sebaiknya Pemda DKI mengucap selamat tinggal pada cagar budaya dan sejenisnya. Budaya mana yang hendak dicagar, kalau kenyataannya reservasi di Condet tak pernah terjadi?
Belakangan, Pemda justru membuat proyek baru, Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Lo, Condetnye mo diapain, Bang Yos?

sumber: intisari Online Juni 2004

0 Comments:

Post a Comment

<< Home