Thursday, March 08, 2007

condet pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Salaksana

Tulisan ini cuplikan dari hasil penelusuran IPOSI - Silat Silau Macan dari tanah Condet.

Condet yang terbagi dalam tiga kelurahan Bale Kambang, Batu Ampar, dan Kampung Gedung gagal menjadi cagar budaya dan kini telah dipindahkan ke Setu Babakan oleh pemerintah DKI Jakarta, namun bila melihat sejarah panjang daerah ini, sejak 3.000 sampai 4.000 tahun lalu di kawasan yang berbatasan dengan Kramatjati ini sudah ada kehidupan. Ditemukan kapak batu, gerabah, dan lampu perunggu di sini. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Budayawan Ridwan Saidi (Koran Republika-red) bahwa dahulu condet pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Salaksana pada tahun 120M, nama-nama yang menjadi sejarah seperti seperti Bale Kambang dan Batu Ampar. Bale Kambang adalah tempat pesanggrahan raja-raja, sedangkan Batu Ampar merupakan batu besar tempat meletakkan sesaji (sesajen).

Namun ada catatan yang tertinggal disana, bahwa condet tidak hanya sebuah kawasan yang memiliki ciri khas betawi namun juga budaya yang masih tertinggal dan tetap dijaga oleh penduduk asli betawi disana.

Diceritakan juga bahwa condet merupakan basisnya pendekar dan juga alim ulama, dan salah satu pendekar yang cukup tersohor namanya adalah ayah kakeknya sendiri yaitu Entong Gendut, sepak terjangnya kepada Kompani belanda menjadi cerita sendiri yang menjadi sejarah daerah ini.

Untuk itu, sebaiknya kita kembali dulu pada keadaan ratusan tahun sebelumnya. Di ujung Jl Condet Raya terdapat sebuah gedung tua yang kini tinggal kerangka di bagian depannya karena terbakar pada 1985. Gedung yang terletak di Jl Tanjung Timur (Tanjung Oost) yang kala itu dinamakan gedung Grooneveld merupakan rumah tuan tanah terbesar yang pernah dibangun di Batavia (1756) yang letaknya jauh di luar kota. Waktu itu, untuk mencapai gedung megah ini diperlukan lima jam dari pusat kota (Pasar Ikan) dengan kereta kuda. Adanya gedung ini menjadikan kawasan tersebut hingga sekarang dinamakan Kampung Gedung.

Gedung ini dibangun oleh Vincent Riemsdijk, anggota Dewan Hindia, sebagai perkebunan dan sekaligus peristirahatan. Setelah kematiannya, putranya Daniel van Riemsdijk, seorang petani andal, benar-benar mengurus perkebunan Tanjung Timur dan mengelolanya dengan baik. Pada waktu itu, 6.000 ekor sapi digembalakan di perkebunan ini, tempat yang sekarang berdiri gedung-gedung megah dan jalan raya dari Tanjung Timur ke Terminal Kampung Rambutan.

Di gedung ini pada 1749 pernah berlangsung pertemuan antara Gubernur Jenderal Von Imhoff dan Ratu Syarifah Fatimah, wali sultan Banten. Syarifah, wanita terdidik dan cerdas, pada 1720 menjadi istri Pangeran Mahkota Banten, Zainul Arifin. Ia sangat berpengaruh terhadap suaminya ketika menjadi sultan Banten (1733). Tapi, Syarifah sendiri meninggal dengan merana karena dibuang ke Pulau Edam di Kepulauan Seribu, akibat pemberontakan Kyai Tapa (1750). Ia ditangkap akibat ambisinya untuk mengangkat Syarif Abdullah, yang menikah dengan keponakannya, untuk dijadikan pangeran mahkota Kesultanan Banten.

Gedung yang juga dikenal dengan Vila Nova itu telah beberapa kali berganti pemilik. Menurut Ran Ramelan dalam Condet Cagar Budaya Betawi tiap penggantian tuan tanah ini, diadakan peraturan baru yang memberatkan rakyat Condet. Terhadap tiap pemuda Condet yang telah menginjak dewasa dikeluarkan kompenian atau pajak kepala sebesar 25 sen (nilainya kira-kira 10 liter beras). Karena banyak petani yang tidak sanggup membayar blasting (pajak) yang sangat memberatkan itu, tuan tanah sering membawa petani yang tak sanggup membayar ke landraad (pengadilan). Dan tuan tanah di Condet kelewat getol dalam membikin perkara. Akibatnya banyak petani yang bangkrut, rumahnya di%@!#$&, atau tak jarang yang dibakar. Penduduk yang belum membayar blasting hasil sawah dan kebunnya tidak boleh dipanen.

Melihat penderitaan rakyat yang demikian itulah, Entong Gendut meradang. Ia kumpulkan sejumlah warga Condet. Panji perang dikibarkan. Dengan meneriakkan Allahu Akbar, Entong Gendut mengobarkan semangat jihad fi sabililah. Saat itulah, pada 5 April 1916 perang berkobar di Vila Nova yang ditempati Lady Lollinson dan para centengnya. Entong Gendut bersama para pemuda Condet, bersamaan dengan pertunjukan Tari Topeng menyerbu tempat itu.

''Allahu Akbar ..... Sabililah ..... gue enggak takut ame kompeni'', teriak Entong Gendut dan kawan-kawannya. Namun setelah datang bantuan dari Batavia, pemberontakan itu ditumpas. Haji Entong Gendut pun syahid tertemnbus timah panas. Ada berbagai versi tentang kematiannya. Haji Sapri, salah satu cucunya yang tinggal di Condet kepada penulis beberapa waktu lalu mengatakan, kakeknya ditembak Belanda bukan di Kampung Gedong, tapi di Batu Ampar. ''Saat beliau hendak melewati sungai ketika dikejar kompeni.'' Versi lain menyebutkan, jenazahnya diangkut kompeni, kemudian diceburkan ke laut. Nama pahlawan ini pernah diabadikan untuk sebuah jalan di Condet. Sayangnya, entah karena apa kini diganti menjadi Jl Ayaman, nama salah satu tuan tanah. (Koran Haraoan)

Dari cuplikan kisah tadi mungkin kita akan bertanya, mengapa kita sebagai warga betawi (Jakarta) membiarkan kekayaan budaya ini menghilang, dan tentunya melalui tulisan ini, kami berharap anda sebagai generasi muda memiliki rasa percaya diri bahwa silat adalah budaya dan asset kita bersama.



18 Comments:

Anonymous Anonymous said...

bang rophy,

makasih banyak buat informasi condetnya,
condet fans ini,

3:42 PM  
Anonymous Anonymous said...

'makasih banget buat info-nya,
salam dari condet-fan yang jauh...

4:44 PM  
Anonymous Anonymous said...

apakah ada kemungkinan Jl. Ayaman kembali menjadi Jl. Entong Gendut?

3:47 AM  
Anonymous Anonymous said...

salam kenal...wong condet juga negh....

oh iya kalo mau liat blog gw...pake mozilla firefox ya bbiar lbh bagus tampilannya thx

12:37 AM  
Blogger condet said...

sama-sama

3:31 PM  
Anonymous Anonymous said...

Salam bro.Rophy. Tahniah, website loe emang bagus, cuman ketemuinye hari ini. Wawancara ini betul2 menarik.
4 bulan gue tinggal di Condet di 2006. Istri Betawi dan orok gue ada usul di sono. Sedih gue tinggalin Condet, kudu pulang ke Malaysia di Juli yg lalu. Gue bakal terusin baca website ini, in-sya-Allah.

Terima kaseh banyak.

11:10 AM  
Blogger asrofi said...

sama-sama. ane justru numpang hidup di sini. maaf belong lapor pada abang ;-)

1:16 PM  
Anonymous Anonymous said...

Assalamualaikum Wr. Wb.

Makasih bang Rophy buat Infonye, bang Rophy di Condet sebelah mane, saye di deket Gg. Mesjid, boleh dong bang Rophy alamat abang, biar sekali-kali saye maen trus belajar Sejarah Condet. Boleh juga doong bang kalo ada Info Ormas/Komunitas Komunitas Anak Betawi Condet, syukur-syukur yang ade yang komunitas anak sekolahan or Intelek klo kate anak sekarang, soalnye lumayan kang bang sape tau ikutan pinter...
Ya ude..maju terus di bang Rophy, kirim2 ye klo ada info baru soal condet or betawi...
Wassalam,
Maulana

4:32 PM  
Anonymous Anonymous said...

blog INI nyang sangat bermanfaat. semoga terus update. termasuk perkembangan condet yang belakangan ini makin dipadati kendaraan roda 4 dan dijejali townhouse di mana-mana.

khusus di tulisan ini kayaknya ada nyang kurang bang. yaitu KELURAHAN TENGAH atawa sering disebut KAMPUNG TENGAH kagak disebut-sebut.... kelupaan yak? ane tinggal di situ.....


Sebenarnya KELURAHAN CAWANG juga sebagian masuk Condet tuh, yaitu Al Hawi, Makam Kramat dan sekitarnya.

8:12 PM  
Anonymous Anonymous said...

Assalamualaikum Wr. Wb.
ane dah 12 taon tinggal di condet. baru ini denger lumayan banyak sejarahnye. ane anak betawi asli bang. nyak dari kwitang, babe dari tebet. tapi ane dah ngerasa banget jadi orang condet.
maksih buat infonye. tapi ane penaaran nih sebagian kelurahan cililitan dari gang buluh dan perbatasan gang olahraga sampe masjd alhawi dan sekitarnya masih termasuk condet ga sih? kalo menurut ane sih masih masuk, soalnye kan di laluin ame jalan raya condet. ye gak?

3:54 PM  
Blogger asrofi said...

maaf, sudah lama ga ngupdate. masih sibuk ngurusin kampung kelahiran dan juga kebun.
http://bumisegoro.wordpress.com
http://indonetwork.co.id/bumisambara

5:09 PM  
Anonymous Anonymous said...

Bang ane COPAST ye.

Terime kasih nih....

9:52 AM  
Anonymous Anonymous said...

wah keren... ada blog tentang condet...
ane klo ke jkt ya selalu ke condet, di kampung tengah atau batu ampar, wah jadi pengen ke jkt neh....

2:34 AM  
Anonymous Anonymous said...

I love this blog very much. Thank U for info about Condet

6:45 PM  
Blogger Indra Dwi Ananda said...

banyak orang condet kayaknya disini. hahaha

11:37 AM  
Anonymous izaL said...

Assalamualaikum Bang Rophy,

Salam kenal bang..Ane anak Karang Taruna Balekambang..mohon izin copas artikel...
http://www.kataba.cc.cc

5:17 PM  
Blogger anto said...

salam kekeluargaan...warge condet juga nih nyang komen..

7:06 AM  
Blogger anto said...

Informasi yang ada bagus sekali.......saya jadi bangga sama condet,pernah kecil disana.....

7:07 AM  

Post a Comment

<< Home